Meramu tulisan tentangnya tak perlu upaya berpeluh. Cukup mencantumkan namanya saja sebagai judul, maka legenda hidup ini sudah mengisahkan dirinya sendiri.
Begitulah yang tersaji di BC Place Stadium, 6 Juli 2019 lalu.
Menghentak langsung dengan A Hard Day’s Night, sebuah lagu yang muncul 55 tahun lalu, Paul McCartney sontak membuat para pengagumnya yang lintas generasi berdiri, berjingkrakan sambil bernyanyi serempak. Disusul dengan lagu kedua, All My Loving, masih dari The Beatles, Band tempatnya dulu bernaung bersama John Lennon, George Harrison dan Ringo Starr, yang hingga kini masih sulit dicari tandingan dan bandingannya.

Freshen Up, demikian judul World Music Tour-nya. Dihelat setelah album solonya ke 17 bertajuk Egypt Station rilis tahun lalu.
Quebec City, Canada, mendapat kehormatan menjadi kota pembuka konser di bulan September 2018, sebelum menyinggahi kota-kota di Jepang, Perancis, Denmark, Austria, Polandia, Scotlandia dan Inggris, pastinya, sebagai kampung halamannya. Brazil, Chile serta Argentina menjadi negara-negara yang disambangi selepas dari daratan Eropa dan Vancouver menjadi kota ke 31 sebelum seluruh rangkaian perjalanannya dituntaskan di kota Los Angeles, Amerika Serikat.
Paul McCartney, yang kini berumur 77 tahun, tampil sangat prima membawakan tak kurang dari 36 judul lagu. Hampir tanpa jeda. Sebagian besar tentu saja adalah lagu-lagu The Beatles. Sisanya berupa lagu-lagu ciptaannya saat bersama The Wings, band bentukannya seusai era kejayaan The Beatles.
Ada pula beberapa lagu ketika dirinya merambah solo karir. Termasuk lagu My Valentine yang diciptakannya berdua Eric Clapton.
Alhasil, 55 ribu orang yang hadir larut dalam keasyikan Ob-La-Di Ob-La-Da, Love Me Do, Blackbird, Back in The USSR, From Me To You, Lady Madonna, Something, We Can Work It Out, Got To Get You Into My Life, lalu bertransformasi dalam sekejap bagai kerlip ‘kunang-kunang’ dengan bantuan cahaya telepon selular masing-masing mengiringi Sang Pujaan bermain piano mendendangkan Hey Jude dan Let It Be, yang menempati peringkat 20 dalam daftar 500 Greatest Songs of All Time versi majalah musik terkemuka, Rolling Stone.

Terbentuk tahun 1960 di Liverpool, Inggris, The Beatles adalah grup paling fenomenal sepanjang sejarah. Sederetan penghargaan diraih, termasuk di dalamnya 7 Grammy Awards, 1 Academy Award dan 15 Ivor Novello Awards (apresiasi tahunan di Britania Raya yang dikeluarkan oleh British Academy of Songswriters, Composers and Authors). Hingga hari ini, sebanyak 600 juta copi album telah terjual seantero jagat.
Dari berempat, kini hanya tersisa Paul McCartney dan Ringo Starr.
Maka Paul McCartney pun selalu ‘menyapa’ 3 sejawatnya di atas panggung. Kalimat semacam, “This is for you, George”, “How are you up there, John?” terdengar sebelum atau seusai Paul McCartney menyanyikan lagu-lagu jawara mereka. Terkadang disertai sedikit cerita di balik penciptaan lagu-lagu tersebut. Seperti saat akan mengalunkan Hello Today, karyanya untuk mendiang John Lennon. Paul McCartney menuturkan bahwa lagu yang berisi percakapan imajiner antar mereka berdua serta jalinan keakraban keduanya, digubahnya 2 bulan setelah kematian sahabatnya itu. Dikatakannya dengan jujur, “I was kind of crying when I wrote it”.
Lagu Carry That Weight dari Album The Beatles tahun 1969 bertitel Abbey Road menyudahi performa magisnya. Tata lampu, sound system dan panggung, semuanya terpampang sempurna sebagai pentas musik kelas dunia.
Musisi yang mendapat gelar kebangsawanan kerajaan Inggris langsung dari Ratu Elizabeth II itu membungkuk di hadapan puluhan ribu penonton, diikuti oleh seluruh pemain musik pengiringnya.
Tak ada penari latar karena, sejatinya, tampil sendiri sudah lebih dari cukup mengisahkan tentangnya.
Gemuruh tepuk tangan terus mengawalnya sampai menghilang di balik layar.
Thank You, Sir James Paul McCartney!
Menjura!