Aroma biji kopi yang menyegarkan ditimpali suara obrolan setengah berbisik para pelanggan datang dan pergi yang menyenangkan serta dorongan kreatif lewat secangkir bidikan inspirasi adalah alasan-alasan terbaik untuk menulis karya sastra di kedai kopi!
Memang benar adanya. Beberapa penulis terkenal menghadirkan karya terbaik mereka di kedai kopi.
Bukan hal aneh memandang penulis dan kedai kopi berjalan beriringan. Saling bergandengan tangan. Menulis adalah pekerjaan kesendirian. Maka penulis terhubung dengan dunia saat bekerja di kafe-kafe langganan mereka. Kemungkinan besar tradisi tersebut bermula sewaktu banyak kedai kopi di Eropa menjadi tempat pertemuan bagi para seniman dan intelektual.
Meski memang ada tempat lain di mana penulis juga bisa menghimpun daya ciptanya, seperti Perpustakaan atau Bar yang juga populer secara historis, namun entah bagaimana, ada sesuatu yang benar-benar kreatif yang tersembunyi di meja sudut pada sebuah kedai kopi.
Ernest Hemingway
“The marble-topped tables, the smell of café cremes, the smell of early morning sweeping out and mopping and luck were all you needed.” – A Moveable Feast
Hemingway menulis sebagian besar memoarnya, A Moveable Feast, di Paris. Di sebuah kafe dekat apartemennya di Montparnasse – La Closerie des Lilas, yang masih beroperasi sampai sekarang. Hemingway datang dengan membawa buku catatan, pensil, lengkap beserta rautan pensil dan menghabiskan pagi harinya dengan menulis sembari mengamati orang-orang. Budaya kafe di Paris menjadi inspirasi terbesarnya dan orang-orang yang dia temui sering menjadi karakter dalam bukunya.
J.K Rowling
“Tentu bukan rahasia lagi apabila lokasi terbaik untuk menulis, menurut saya, adalah di kafe. Kita tidak perlu membuat kopi sendiri, tidak harus merasa seperti berada di tempat terpencil dan jika merasa sedang buntu, kita dapat berjalan ke kafe berikutnya sambil memberikan waktu untuk mengisi ulang energi dan mengenyahkan kepenatan otak untuk berpikir. ” – JK Rowling.
The Elephant House di Edinburgh, Inggris, membanggakan dirinya sebagai “tempat kelahiran Harry Potter“, karena di sanalah Rowling mulai menulis serial Harry Potter. Rowling duduk di sudut belakang. Menghadap Kastil Edinburgh dan menulis draf pertamanya yang kemudian menjadi cerita fenomenal dengan jutaan penggemar.
Simone de Beauvoir and Jean-Paul Sartre
Simone de Beauvoir dan Jean-Paul Sartre adalah pengunjung tetap Café de Flore dan Les Deux Magots di Saint-Germain, Paris. Persahabatan yang serius terjalin melalui hubungan kecerdasan dan percakapan intens. Mereka duduk di meja terpisah. Dengan tekun mengerjakan tulisannya masing-masing.
Sartre memproduksi bukunya tahun 1943, Being and Nothingness dan de Beauvoir menerbitkan novel fiksi pertamanya, She Came to Stay, juga pada tahun 1943.
Akibatnya, ketenaran mereka berdua menarik kaum intelektual Perancis serta para penganut filosofi eksistensialis untuk mendatangi kafe-kafe tempat mereka menulis dan menjadi pelanggan tetap kafe-kafe tersebut.
Malcolm Gladwell
Penulis non-fiksi The Tipping Point and Blink, Malcolm Gladwell, terkenal karena menulis di kedai kopi. Dia mengaku sebagai penulis publik yang habitat aslinya adalah kedai kopi.
Demikianlah. Jika memang sedang ada ide menulis, mengapa tidak melakukannya di kedai kopi langganan? Siapa tahu akan menghasilkan buku best-seller juga!