Rela Menempuh Puluhan Kilometer demi Talua Barendo

Rela Menempuh Puluhan Kilometer demi Talua Barendo

Talua Barendo adalah sajian khas Sumatra Barat berupa telur dadar goreng yang gurih dan renyah. Dalam bahasa Minang, bahasa asli penduduk Sumatra Barat, talua artinya telur dan barendo artinya berenda-renda. Dinamakan demikian karena pembuatannya dilakukan dengan cara menggorengnya ke dalam minyak banyak yang sangat panas. Mengakibatkan telur menjadi ‘keriting’ bagai renda-renda.

“Dari rumah, aku nyetir sekitar 30 km ke Edmonton Sherwood Park untuk dapetin telur bebek, karena susah nyari telur bebek mentah yang belum diproses jadi salted-egg”, ujarnya tersenyum. “Waktu itu aku lagi mau ikut online course dari Kelas Online Masakan Minangkabau, tentang cara membuat Talua Barendo. Diajarin langsung oleh Uni Reno Andam Suri yang asli Minang. Tentu saja aku mesti nyiapin bahan-bahannya sebagus mungkin”.

Usaha yang tak sia-sia. Talua Barendo made in Edmonton dipuji habis-habisan oleh sang guru. “Wah! Aku seneng banget”. Senyumnya melebar.

View this post on Instagram

MAKANAN MINANG TANPA SANTAN Setelah kelas gulai cancang dan dendeng, kita lanjut ke Makanan Minang tanpa santan. Ada 3 menu yang menggugah selera untuk dimasak saat weekend. Daripada berpanjang panjang pikir.. langsung aja daftar. Link pendaftaran ada di Bio. Klik aja 😊

A post shared by Belajar Lauk Dapur Uni Reno (@kelasbalado) on

Pepy Nasution. Begitu yang tertera pada kartu namanya yang berhias 4 tusuk Sate Lilit, sate khas dari Bali. Menilik namanya, barangkali, sudah bisa menerka asal perempuan kelahiran Jawa Timur ini. Ada darah Batak? 

“Betul. Ayahku asli Barus, Sibolga, Sumatra Utara. Ibuku dari Jawa Timur. Gabungan suara kenceng! Hahaha!”.

Kecintaan Pepy pada kuliner Indonesia tumbuh semenjak kecil, saat  kerap membantu Ibunya di dapur. “Ibuku punya usaha katering. Memasak macem-macem masakan. Makanan dari seluruh Indonesia. Aku jadi terbiasa menghirup aroma yang beragam dan mencicipi rasa berbeda-beda”, kata Pepy yang berhasil membuat Risoles enak pertama kali di umur 13 tahun.

Barangkali kenangan indah itulah yang melatarbelakangi Pepy menjadi pegiat kuliner di Edmonton, tempatnya sekarang bermukim bersama Sjoerd, lelaki asal Belanda, yang teramat dicintainya.

Tahun 2006, Indonesia Eats muncul. Sebuah blog berisi resep-resep autentik kuliner asli Nusantara. Apa yang membuat blog milik Pepy berbeda? 

“Semua resepnya aku tulis  dalam bahasa Inggris. Karena memang aku ingin mempopulerkan makanan Indonesia ke orang-orang yang bukan orang Indonesia. Dan menurutku, kita harus menghadirkan resep-resep itu seautentik mungkin, supaya mereka mendapat pengetahuan yang benar tentang masakan Indonesia, sebab makanan itu identitas bangsa. Nama makanannya juga memakai nama Indonesia asli. Sama sekali tidak aku ubah ke dalam bahasa Inggris. Mereka bisa membaca deskripsi makanannya”.

Begitu kukuh sikapnya terhadap keaslian cita rasa hidangan Indonesia sehingga Pepy tidak pernah sekalipun memasak menggunakan bumbu instan Indonesia.

“Aku, sehari-hari, masak di rumah pun tanpa bumbu instan. Ngulek sendiri, ngiris sendiri, sangrai sendiri, lebih memuaskan buatku. Rasanya juga jelas lebih nikmat. Menyantapnya bikin benar-benar bahagia”.

Hal serupa diterapkannya tatkala ia mendapat tawaran untuk mengajar sebuah kelas memasak bagi komunitas warga di sekitar tempat tinggalnya.

 “Sebuah toko bahan pangan nawarin kerjasama untuk cooking class. Bahan-bahannya disediakan oleh pemilik toko tersebut. Pesertanya warga sekitar dan bukan orang indonesia. Lalu aku membimbing cara bikin Nasi Kuning dan Urap Sayur. Tanpa bumbu instan. Mereka melihat jelas caraku mengulek dan mengiris bahan-bahannya. Semuanya senang dan doyan. Dalam sekejap, Nasi Kuning dan Urap Sayur habis disantap”, tutur Pepy tergelak.

Di tahun 2020 ini, kesibukannya bertambah dengan menghadirkan Canindonesianfood, a marketplace & HUB of Indonesian Food Businesses in Canada lewat Instagram

“Ini wadah untuk menghimpun serta menyatukan masyarakat Indonesia di seluruh propinsi di Canada yang berjualan makanan-makanan Indonesia. Siapa saja boleh bergabung di situ”.

Pepy sendiri juga aktif menjual santapan Indonesia di Edmonton. Dengan rasa yang dijamin seratus persen pasti autentik. Lagi-lagi, bukan dengan bumbu instan. Beberapa pembelinya merupakan orang-orang non-Indonesia namun pernah tinggal di Indonesia dan merindukan kenikmatan khas Indonesia.

Lalu, sampai kapan melakoni prinsip autentik?

Penyuka Sambel ini menerawang sebentar sebelum bertutur, “Tiap-tiap dapur di Indonesia punya kisahnya masing-masing. Setiap keluarga pasti punya resep turun-temurun dan itu merupakan warisan tak ternilai yang wajib dilestarikan. Tidak banyak yang memperhatikan ini secara detail. Padahal inilah sesungguhnya bagian paling menarik sekaligus paling menyentuh dari setiap pinggan yang terhidang”.

Back to Top