“Saya memilih tema pengalaman saya sebagai anak Indonesia di Canada untuk ikut Lomba Menulis, karena semua pengalaman pertama saya waktu sampai di sini memang sangat berkesan. Saya baru pertama kali ke Canada. Baru pertama kali ngerasain jet lag. Bingung juga, waktu itu. Rasanya aneh. Siang hari terasa ngantuk tapi malam hari enggak pengen tidur. Tapi saya seneng sekali, sih, bisa punya kesempatan tinggal dan bersekolah di sini”.
Baca Tulisan Mochamad Rayhandhra Naufal: Kehidupan sebagai Anak Indonesia di Kanada
“Di 2 minggu pertama, awal masuk sekolah, saya merasa susah sekali memulai obrolan. Selain pendiam, Bahasa Inggris saya juga terbatas. Tapi guru-guru dan teman-teman sekolah banyak menolong saya. Guru, misalnya, memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Jadi saya dan teman-teman mulai saling kenal. Ini pertama kalinya juga saya bisa punya teman dari berbagai negara. Dari Korea, Amerika Latin dan lain-lain. Menyenangkan”.
Mochamad Rayhandhra Naufal, bungsu dari 3 bersaudara ini pun senang mendapati adanya kelas English Composition yang mengharuskannya sering membaca buku, sehingga bisa menuntaskan kesukaannya. “Hobi saya membaca buku, seperti buku cerita komedi atau komik. Salah satu favorit saya berjudul ‘Nothing Can Possibly Go Wrong’. Sekolah di sini seru. Kadang-kadang Guru memutarkan film untuk ditonton bersama-sama. Lalu murid-murid diminta menulis review tentang film itu, misalnya property design-nya, sound-nya dan lainnya”.
Gelar pemenang ketiga Lomba Menulis 2020 kerjasama KJRI Vancouver dan Daun Maple yang disabetnya, bisa jadi langkah awal menuju cita-cita Rayhandhra sebagai jurnalis. “Saya penggemar berat Barca. Saya mengikuti terus Liga Eropa. Saya suka Messi dan Ansu Fati. Karena saya suka menulis, pengennya suatu hari nanti bisa jadi wartawan yang khusus menulis tentang olahraga”.
Bagi Rayhandhra, lahir di Indonesia kemudian menimba ilmu di Canada membuatnya makin menyadari keniscayaan perbedaan dan keberagaman. Membuatnya makin mengamati dan menelaah semua hal mengenai kemajemukan. “Bersatu dan bertoleransi itu penting. Bisa menjadi benteng kuat jika ada yang ingin memecah-belah”.