Di saat pandemi ini, setiap negara punya penanganan yang berbeda. Seperti Indonesia dan Kanada.
Ini semua berdasarkan dari pengalaman saya dan teman-teman saya di Indonesia.
Saat Vancouver pertama kali lockdown di awal Spring Break, mayoritas dari kita tidak keluar rumah karena ‘work from home’. Keluar rumah hanya untuk beli makanan dan barang penting lainnya. Sedangkan Indonesia mulai melaksanakan PSBB pada 17 April 2020, yang menurut saya, agak telat.
Meskipun kasus per hari di British Columbia lebih banyak, tapi rasio positif terhadap kematian lebih tinggi di Indonesia. Dengan lockdown lebih awal di sini, adalah ide yang bagus.
Jumlah kematian tinggi di Indonesia, mungkin dikarenakan penanganan dan teknologi yang masih lawas dan harga tes kesehatan yang kurang terjangkau untuk mayoritas warga. Alasan yang juga menyertai adalah belum semua warga Indonesia mengerti tentang bahaya virus ini dan mereka terpaksa melakukan sesuatu dengan resiko tertular virus Corona. Misalnya jual beli dagangan dengan metode bayar tunai sehingga memudahkan perpindahan virus dari orang ke orang.
Mereka terpaksa melakukannya karena itulah satu-satunya pekerjaan mereka dan tanpa itu, mereka tidak bisa mendapatkan nafkah.

Adapun yang membuat Kanada lebih unggul adalah CERB, program bantuan dari pemerintah yang membantu banyak warga yang kurang mampu di saat pandemi ini.
Namun permasalahannya, Indonesia tidak punya anggaran yang cukup untuk menjalankan program seperti Kanada, yang akhirnya menjadikan warga-warga kurang mampu beresiko menularkan virus Corona.
Juga banyak sekali keluarga-keluarga yang melakukan karantina tetapi masih membiarkan anak-anaknya main keluar dan berinteraksi sehingga bisa menularkan lagi ke keluarga lain.
Kalau lihat di sini, kebanyakan sudah mendapatkan informasi yang akurat dan kurang lebih sudah mengerti. Akan tetapi pernah terjadi juga di sini, walaupun warganya terbilang tertib, saat Summer datang, mereka semua keluar rumah dan berpesta tanpa protokol kesehatan sehingga sempat membuat lonjakan kasus. Sesudah itu, mereka diperingatkan dan pemerintah membuat fase-fase pemulihan.
Begitupula di Indonesia, ada beberapa sekolah yang siswanya positif dan yang lebih parah adalah banyak pesantren di Indonesia yang santri-santrinya terjangkit COVID-19 sampai 600 santri.
Kesimpulannya adalah sebagus apapun teknologi dan cara penanganannya, ini semua tergantung kepada warganya.
Kenal lebih dekat dengan Muhammad Dafa Dhiyaulhaq: https://daunmaple.com/melahap-habis-puluhan-buku-dalam-seminggu-november-2020