Melahap Tiga Puluh Buah Manggis Sehari

Melahap Tiga Puluh Buah Manggis Sehari

Canada World Youth, sebuah organisasi nirlaba yang memiliki visi bahwa semua anak muda berhak memiliki akses ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk berkontribusi demi masa depan yang lebih baik dan bahwa mereka sepenuhnya diberdayakan untuk membuat perubahan positif bagi diri mereka sendiri, komunitas dan dunia, telah mengantarkan Carol Madsen menginjakkan kaki di Indonesia.

I went to Indonesia 4 times. Menjadi group leader untuk 25 remaja Canada dalam agenda budaya antara pemuda Indonesia – Canada. Kami tinggal di desa-desa di Indonesia selama 1 tahun penuh. ”

“Pertama kali ke Indonesia, saya dikirim ke Sumatra. Tepatnya di Propinsi Riau, tahun 1992 – 1993. Saya ditemani Ermina, asal Medan, sebagai mitra kerja lokal. Kedua kalinya, pada tahun 1993 – 1994, saya ditempatkan lagi di Sumatra. Kali ini di Propinsi Lampung. Rekan kerja saya di Indonesia bernama Herda, asal Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sebuah peristiwa besar saya rasakan saat itu, yaitu gempa bumi di Liwa, ibukota Kabupaten Lampung Barat yang merenggut ratusan nyawa, melukai ribuan orang dan memporak-porandakan puluhan desa. Getarannya terasa sampai 40 km dari pusat gempa.”

“Tahun 1994-1995 saya kembali lagi ke Indonesia. Menemani 25 remaja Canada menjalani program di desa-desa di Propinsi Jawa Timur. Lalu kunjungan terakhir saya adalah tahun 1995-1996 untuk kegiatan-kegiatan di Soe, kota di Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur.”

“Di setiap acara tahunan tersebut, organisasi Canada World Youth yang berkolaborasi  dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mempertemukan 25 pemuda-pemudi Canada dan 25 pemuda-pemudi Indonesia untuk melakukan kegiatan-kegiatan di desa-desa. Mereka tinggal satu atap di rumah-rumah penduduk. Menyatu sebagai warga lokal.”

“Pemuda-pemudi Canada usia 17 – 21 tahun tersebut berasal dari seluruh wilayah di Canada dan kebanyakan datang dari a wealthy family. Mereka sepenuh hati bersedia mengikuti semua aturan to immerse in Indonesian culture sebab Indonesia is a very old country. Banyak keistimewaan melekat pada sejarah, filosofi hidup serta tradisinya yang mengagumkan. ”

Carol menerangkan lebih lanjut bahwa biasanya, sesampainya di Jakarta, rombongan ditempatkan terlebih dulu di sebuah pusat pelatihan (training centre). Sesudahnya, dipecah menjadi beberapa kelompok berisi 7-8 orang dan meskipun tinggal di Propinsi yang sama, namun kelompok-kelompok itu mengenyam kehidupan sehari-harinya di 3 desa berbeda. 

Baca juga:  Sebuah Persimpangan Tak Terduga

Kendati beragam bekal diperoleh semisal bahasa Indonesia, beberapa lagu daerah maupun kebiasaan masyarakat setempat, tapi tentu saja situasi dan kondisi di lapangan kerap memunculkan peristiwa mengesankan, lucu dan sama sekali tak terduga. 

Carol bersama mitra kerjanya dulu di Indonesia yang kini tinggal di Belanda.

“Hahahahaha… Saya masih selalu tertawa mengingat kisah-kisah unik yang kami alami. Terutama persoalan bahasa. Kami dibuat bingung dengan sebutan “Telur Mata Sapi” karena mengira itu adalah makanan campuran antara telur ayam dan mata sapi. Hahaha… Lalu istilah “Makan Angin” atau “Polisi Tidur” juga “Kamar Kecil” untuk menyebut washroom.”

“Kami pun sempat terkaget-kaget sewaktu pagi-pagi ditanya, “Sudah mandi?” karena pertanyaan “Have you already shower?” di Canada adalah pertanyaan yang tidak sopan. Tidak lazim. Itu seperti mengatakan secara tidak langsung bahwa badan kita bau… Hahahahaha…”

“Paling senang jika pesta desa digelar. Duduk bersama menghabiskan makanan-makanan khas diiringi lagu-lagu daerah dan tarian-tarian. Ramai sekaligus terasa hangat persahabatan dan persaudaraannya.”

“Saya suka makan Sate, Martabak Telur, Nasi Goreng, Cumi-Cumi, Sambel, Gado-Gado, Rendang. Semua makanan Indonesia bisa saya nikmati. Kecuali satu, Durian! Saya pernah terpaksa makan Durian karena tidak sampai hati menolak. Durian itu berada di dalam mulut saya selama 30 menit sebelum saya berhasil menelannya! Sebaliknya, saya girang luar biasa  ketika saya tinggal di sebuah rumah penduduk lokal yang memiliki pohon Manggis. Saya bisa melahap 30 buah Manggis setiap harinya! Hahahahaha… Di Canada, buah Manggis mahal sekali. Saya sungguh-sungguh beruntung. Saya juga puas melahap Salak dan buah Delima (Pomegranate). ”

Bagi Carol Madsen, Indonesia senantiasa menempati ruang khusus di hatinya. 

“For me, Indonesia is a beautiful country with a rich diversity of people, geography, languages, customs, and cultures.  I love the depth of this richness.  I have many fond memories of Indonesia and all the peoples I met from all the provinces of the country.  I loved the food, the dance, the Gamelan, the music, and all the wonderful arts.  I loved the friendships I made and the hospitality of the Indonesian people.”

Back to Top