The Diary of Anne Frank. Sebuah buku terkenal berisi tulisan dari catatan harian berbahasa Belanda milik Anne Frank yang disimpannya tatkala bersembunyi selama 2 tahun bersama keluarganya sewaktu pendudukan Nazi di Belanda. Merupakan buku favorit Muhammad Dafa Dhiyaulhaq, pemenang harapan Lomba Menulis 2020 kerjasama KJRI Vancouver dengan Daun Maple.
Baca Tulisan Muhammad Dafa Dhiyaulhaq : Melihat Indonesia dari Kanada Edisi COVID-19
“Hobiku memang membaca. Aku paling suka baca buku tentang perang, tentang sejarah. Seru aja ngebayangin situasinya saat itu. Pertempurannya, senjata-senjatanya, strategi perangnya. Seru-lah pokoknya! Salah satu buku yang aku suka adalah The Diary of Anne Frank itu”.
“Aku sering pergi ke perpustakaan untuk pinjam buku. Paling sering ke Vancouver Public Library yang di downtown. Sekali pinjam kira-kira 20-30 buku. Biasanya seminggu juga sudah habis aku baca”, tuturnya tergelak.
“Seneng banget-lah waktu aku dinyatakan sebagai pemenang harapan Lomba Menulis. Enggak mengira sama sekali. Karena pasti pesertanya banyak dan mungkin umurnya di atas aku. Aku baru 12 tahun, baru kelas 7. Sepertinya enggak mungkin menang”, ujar Dafa tanpa menyembunyikan girangnya bercampur heran.
“Ide menulis tentang Indonesia dan Kanada dalam menangani Covid-19 itu aku dapat dari hasil ngobrol-ngobrol sama teman-temanku di Indonesia. Kebetulan tanteku juga seorang dokter. Sehingga aku sering berdiskusi dan memperoleh banyak cerita dari sana. Aku juga bercerita kepada mereka tentang kondisi pandemi di sini. Karena, menurutku, aku punya bahan yang cukup tentang itu untuk ditulis, jadi aku menuliskannya lalu diikutsertakan pada Lomba Menulis 2020”.
Lahir di Jakarta, sulung dengan 2 orang adik ini menginjakkan kaki di Vancouver di bulan Maret 2018. Kesan pertamanya mengenai kota ini, “Lebih modern, lebih tertib dan lebih bersih. Tidak ada macet seperti di Jakarta dan tidak ada polusi”.
“Seharusnya aku sudah pulang ke Indonesia sekarang, karena tugas orang tuaku sudah selesai. Tetapi tertunda karena situasinya tidak memungkinkan. Padahal aku sudah daftar sekolah di Indonesia. Jadinya sekarang aku ikut sekolah di sini dan di Indonesia juga, lewat online”.
Penikmat Spaghetti, Pizza, Burger, Sate Padang dan Nasi Goreng Kambing ini ternyata juga menggemari bacaan non-fiksi seperti sains dan percobaan-percobaan ilmiah.
Kenapa?
“Karena cita-citaku ingin menjadi pemilik merk otomotif. Jadi aku akan menciptakan brand sendiri. Mendesain mobil elektrik yang ramah lingkungan dan harus murah supaya bisa dibeli orang banyak. Sekarang aku sedang cari tahu dan mempelajarinya”.
Berbincang dengan Dafa terasa menyenangkan. Kalimat-kalimatnya teratur dan bernas. Melahap 20-30 buku dalam seminggu betul-betul mempengaruhi tutur katanya.
Akan terus menulis?
“Iya. Aku pasti akan terus menulis”.