Madah Ketakziman Habibie

Madah Ketakziman Habibie

Maka keluarlah Keputusan Presiden (Keppres) No. 181/1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Maka keluarlah Instruksi Presiden (Inpres) No. 26/1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi.

Disertai Instruksi Presiden (Inpres) No. 4/1999 tentang Penghapusan Kewajiban Membuat SBKRI (Surat Bukti Kewarganegaraan Indonesia)

Maka keluarlah UU No 40/1999 tentang Pers.

Bahwa kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara, bahwa terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan penyiaran, bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, maka pers nasional mempunyai hak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi dan bahwa dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak, yang bahkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 disebutkan antara lain dalam pasal 28F bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Ujarnya: Penjara adalah tempat bagi para kriminal. Bukan bagi orang yang berbeda pandangan politik. 

View this post on Instagram

”Konsentrasikan seluruh pikiran selama Anda melakukan pekerjaan. Sinar matahari tidak akan bisa membakar hingga titik fokusnya ketemu.” -Alexander Graham Bell

A post shared by Bacharuddin Jusuf Habibie (@b.jhabibie) on

Maka dibebaskanlah Xanana Gusmao yang telah mendekam 7 tahun dari penjara Cipinang sekaligus menyetujui Referendum bagi masyarakat Timor-Timur.

Adalah bekas pemimpin gerilya itu pula yang menemui Habibie saat sudah terbaring sakit sebulan lalu. Berangkulan sebagai sahabat. Bermesraan sebagai karib. Barangkali Kay Rala Xanana Gusmao adalah salah satu dari tak banyak orang yang dijumpai Habibie terakhir kali.

Pintanya: Apakah boleh saya berdoa dengan cara saya? Romo Mangun adalah sahabat saya.

Maka Yusuf Bilyarta Mangunwijaya pun menggunakan pesawat Hercules “kiriman” Habibie menuju peristirahatan terakhirnya di Yogyakarta setelah disemayamkan di Gereja Katedral, Jakarta.

Foto: Habibie family portrait

Tuturnya: Kopi ini buatan Ainun. Kasihan ia sudah menyiapkan sedari pagi.

Maka mobil yang sudah setengah jalan ke Istana di suatu pagi, dimintanya untuk putar balik ke rumah agar Habibie bisa menyeruput kopi yang disediakan istrinya, yang alpa diminumnya.

Istri yang sering dipanggilnya dengan sebutan “gula jawa”. Istri yang teramat dipujanya.

Pesannya: Jika saya meninggal nanti, paling yang berubah hanya wujud saya. Tapi tak akan ada yang bisa memisahkan saya dengan Indonesia! Minimal semangat saya ada pada kalian!

Maka Bacharuddin Jusuf Habibie adalah tentang dirgantara,

Tentang Indonesia di angkasa dunia,

Tentang jejak keilmuan, 

Tentang rumusan angka,

Tentang relung hati, 

Tentang cinta sejati,

Tentang berbakti pada Ibu Pertiwi, 

Tentang Madah Ketakziman,

Tanpa Perhinggaan.

Cover Photo: Bacharuddin Jusuf Habibie official portrait

Back to Top