Kredo pada Literasi

Kredo pada Literasi

Musim Gugur. Pohon-pohon serempak melepas daun-daunnya. Berhamburan berkejaran jatuh ke bumi. September usai 2 hari lagi dan Vancouver sedang berhawa Indomie rebus tatkala obrolan soal literasi terkuak di meja sudut bersebelahan jendela besar pada sebuah Café berlogo bunga matahari di tepi jalan area Joyce-Collingwood

“Apakah memungkinkan kalau kita bikin Lomba Menulis bulan depan, Bu? Merayakan Hari Sumpah Pemuda sekaligus menghormati bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa. Penyelenggaranya Daun Maple bekerjasama dengan KJRI.”

Terdiam cukup beberapa detik saja sebelum Bu Tuti mengeluarkan kalimat, “Bulan depan itu 2 hari lagi.” 

Tak kentara rasa gentar. Justru bernuansa optimis menyusun langkah jitu dalam 2 hari. 

Benar saja! 

Sebab yang terjadi berikutnya berupa rentetan kesigapan:   

“KJRI menyediakan hadiah uang tunai $1000 bagi para pemenang.”

“Saya akan menghubungi seorang Profesor di UBC (University of British Columbia) asal Indonesia  untuk menjadi salah satu dewan juri.”

“Poster promosi dan hal-hal teknis Lomba Menulis lainnya menjadi tanggung jawab Daun Maple.”

“KJRI bergerak mempublikasikan di semua wilayah kerja KJRI Vancouver. Saya akan mengirimkan pesan pemberitahuan Lomba Menulis ini kepada komunitas masyarakat Indonesia di wilayah kerja KJRI Vancouver lewat Whatsapp.”

Sebuah histori terbentuk di kurun waktu 1 jam lebih 45 menit pada jelang sore hari yang menakjubkan. 

Tentu saja Lomba Menulis bukan hal baru dalam khazanah literasi. Namun di kawasan yang termasuk wilayah kerja KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Vancouver, ini kali pertamanya diadakan semenjak KJRI hadir. Sehingga menahbiskan sesiapapun terlibat sebagai pelaku sejarah. Penulis-penulis belia menyeruak menoreh keindahan kata-kata yang asyik pada lembaran awal kesusastraan Indonesia di sepanjang pantai barat Canada lewat Lomba Menulis 2020 kerjasama  Daun Maple dan KJRI Vancouver. 

Maka inilah persembahan para pemenang Lomba Menulis 2020 sekaligus laskar muda perawat Bahasa Indonesia di Canada bagi jejak yang digurat Ibu Tuti dalam kesementaraan singgahnya di Vancouver.  

Pruistin RamadhanPemenang Kesatu:

Ucapan kasih dari hati terhangat untuk Ibu Konjen Vancouver, Dr. Tuti Wahyuningsih Irman. Karena Ibu telah menggelar lomba menulis 2020, saya baru menyadari kemampuan merangkai kata menjadi kalimat berdampak itu seperti apa. Sebagai seorang atlit Indonesia yang sedang merantau, saya mendapatkan contoh dari seorang diplomat wanita tentang arti kerja berlipat kali lebih keras dari yang lain. Ibu memiliki jejak langkah nyata yang bisa diikuti banyak orang, khususnya saya. Mengenal Ibu, berarti memiliki kenangan, pengalaman dan sumber inspirasi yang sangat berharga. Saya telah diberikan kesempatan untuk mencurahkan isi hati dan pikiran yang membuat lebih mencinta tanah air. Ibu KonJen adalah Ibu pengganti bagi semua orang yang merindukan Ibu Pertiwi. 

Ibu, terima kasih atas kontribusi yang telah membentuk kami. Begitu sedih melihat harus berpisah. Selamat berkarya di tempat kerja barunya. Mereka akan mendapatkan pemimpin wanita yang luar biasa. 

Kami akan merindukan kerja keras dan semangat Ibu. 

Terima kasih telah menjadi SUAR YANG BERPIJAR.

Salam cinta, tetap sehat, tetap semangat untuk JAGA INDONESIA.” 

Penuh doa dan cinta, Pruistin Ramadhan.

Mochamad Rayhandhra Naufal Pemenang Harapan:

“Ibu Konjen adalah sosok yang selalu dekat dengan masyarakat, murah senyum, energik, serta respect/peduli terhadap para mahasiswa dan pelajar. Semoga ibu beserta keluarga tetap sehat, diberi kelancaran, kemudahan, dan lebih sukses di tempat yang baru. Aamiin YRA.”

Nezla AnnaishaPemenang Kedua:

Tak dapat dipungkiri 12 tahun tinggal jauh dari tanah air, mengharuskan rutinitas keseharian ku sebagai pelajar untuk selalu berkomunikasi dengan bahasa Inggris di sekolah, dan tanpa disadari kami membawa kebiasaan ini kerumah. 

Ketika tantangan lomba menulis dengan Bahasa Indonesia datang, hal ini membuatku menyadari akan keterbasan pengetahuan kosa kata dan tata bahasa Indonesia.

Ide cemerlang dari seorang Ibu Konsulat Jenderal, sungguh sangat membekas dihati, bahwasanya mengekspresikan cerita dengan untaian kata bahasa Indonesia adalah salah satu proses untuk tidak melupakan Bahasa Indonesia. Bahasa Ibu dimanapun aku berada. Terimakasih Ibu KonJen Ibu Tuti Irman, dan Selamat bertugas kembali di tanah air tercinta. 

You will be missed!

Kalau ada sumur diladang boleh kita menumpang mandi,

kalau ada umur panjang boleh kita berjumpa lagi.

Salam hangat dari generasi muda generasi milenial Indonesia Canada.

Musim Gugur. Pohon-pohon serempak melepas daun-daunnya. Berhamburan berkejaran jatuh ke bumi.  September usai 2 hari lagi dan Vancouver masih berhawa Indomie rebus tatkala obrolan soal literasi sudah selesai di meja sudut bersebelahan jendela besar pada sebuah Café berlogo bunga matahari di tepi jalan area Joyce-Collingwood

Baca juga:  Dingin Bukan Halangan

Hari itu nyatanya bukan cuma melahirkan kredo pada literasi. 

Ada kejenakaan yang lewat selintas mengisyaratkan sekeping sejarah lainnya. Bagi Ibu Tuti. 

Seraya tertawa renyah ujarnya, “Saya baru pertama kali ini minum Boba!”

Never Say Goodbye!

Back to Top