Tak perlu bersusah payah seperti Phileas Fogg, karakter utama sebuah novel klasik berjudul Around The World in Eighty Days karya jenial sastrawan Perancis Jules Verne, di tahun 1873, untuk menyambangi Nepal, Zambia dan Scotland sekaligus dalam sekejap atau mereguk Merengadas, minuman semacam milkshake khas Venezuela langsung di tempatnya.
Surrey Fusion Festival yang digelar tanggal 20-21 Juli kemarin memang merealisasikan angan-angan banyak orang untuk bisa menyinggahi banyak negara tanpa harus dibuat bingung dengan waktu serta penanggalan internasional. Sarapan Couscous di Algeria, menyantap Beef Stroganof dan Solyanka Soup sebagai menu makan siang di Russia, lalu berpindah menikmati kudapan Horchata dan Loroco Pupusas sembari menunggu senja di Honduras untuk kemudian menuntaskan hari dengan hidangan Nyama Choma dan Matoka di bawah hamparan bintang di tengah Savana di Kenya.
Bertema “Something Sweet”, festival tahunan yang berlokasi di Holland Park, sekitar 14 km dari Vancouver, kali ini diikuti oleh 55 negara.
Ethiopia, Democratic Republic of Congo, Ghana, Kenya, Nigeria, South Africa, Togo, Zambia dan Zimbabwe adalah negara-negara yang mewakili Benua Afrika.
Benua Eropa menghadirkan di antaranya Russia, Germany, Scotland, England, Belgium, France dan Italy.
Sementara Afghanistan, China, Fiji, India, Jepang, Korea Selatan, Nepal, Pakistan, Palestine, Philippines, Taiwan, Thailand, Tonga, Vietnam dan Indonesia merepresentasikan Benua Asia.
Tak ketinggalan pula Barbados, Chile, Colombia, Ecuador, El Salvador, Argentina, Jamaica, Mexico dan Peru sebagai duta dari Amerika Selatan dan Kepulauan Karibia.
Serta tentu saja, Paviliun Canada, sebagai Tuan Rumah.


Selain menyuguhkan hidangan istimewa dengan nama yang, barangkali jarang terdengar, setiap negara menyajikan pula musik dan pakaian tradisional, budaya serta cindera mata khas masing-masing. Maka wangi rempah-rempah Pollo Arvejado Con Arroz dari Chile bisa berpadu serasi dengan minuman segar Otai Tropical Blends dari Tonga sambil menghayati iringan tetabuhan khas tarian La Chumaichada dari Peru.
Paviliun Indonesia sendiri menempati 3 buah tenda, diapit oleh Colombia dan Hong Kong.
Didukung penuh oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Vancouver, Indonesia memanjakan lidah pengunjung dengan Es Campur, Bakmi Goreng, Bakwan Jagung, Sate Ayam dan Nasi Goreng, yang menempati urutan kedua dalam jajaran kuliner terlezat dunia versi CNN tahun 2011 setelah Rendang.


Pemilik Foto: Pinky Brotodiningrat
Baju Batik, selendang dengan motif Ikat, aksesoris Perak, topi anyaman pandan serta berbagai kerajinan tangan unik lainnya ditampilkan oleh Eksotika Design dan Bella’s Batix.
Ada pula Sambel Bajak dan Sambel Kacang yang menggiurkan dari Salwa Corner serta biji kopi premium Nusantara asal Toraja – Sulawesi Selatan, produk eksklusif Nusa Coffee Company, yang juga telah hadir di Nusa Coffee Kiosk di area downtown Vancouver.
Tarian Bidadari Timur dari Srikandi Indonesia Dancers dan Tari Betawi dari Yayasan Belantara Budaya Jakarta membuat suasana bertambah semarak.
Terik mentari musim panas tak dihiraukan. Antrian tampak mengular di sekitar paviliun Indonesia.
Festival yang sudah terselenggara selama 12 tahun ini menyedot tak kurang dari 100.000 orang. Tak berlebihan kiranya bila ajang ini pernah menyabet ‘Best Festival’ at the annual Special Event Magazine Gala Awards pada tahun 2014.
Semua yang berkumpul menyediakan diri untuk mengetahui dan diketahui.
Membuka diri untuk mengenali dan dikenali.
Merayakan kemajemukan, meraih pengalaman baru yang menyenangkan dalam suasana persahabatan dan senyum hangat.
Selamat untuk Indonesia yang meraih penghargaan sebagai Juara Umum untuk semua kategori – The Best Pavilion pada Surrey Fusion Festival 2019.
Wonderful Indonesia!