Seperti apa dunia tanpa puisi? Apa mungkin? Apa jadinya?
Musik tidak diiringi syair berarti sebentuk instrumental saja. Pidato juga hanyalah uraian belaka tanpa penekanan khusus di sana-sini untuk memunculkan emosi karena tidak adanya desiran kalimat puitis.
Secara istimewa Aberjhani, sejarawan Amerika sekaligus pujangga, novelis juga kolumnis berujar, “A world without poetry and art would be too much like one without birds or flowers: bearable but a less enjoyable.” Sebuah keadaan yang dapat ditoleransi, namun jelas-jelas tidak menyenangkan.
Hal-ihwal manusia, apakah itu mengenai ketimpangan sosial atau masalah cinta, sudah sejak berabad-abad lamanya dititipkan narasinya lewat puisi. Puisi ialah ekspresi perasaan. Sarana mentransmisikan pengetahuan dengan mengikuti jalur lubuk, kepekaan berbaur imajinasi. Melaluinya sebuah kehidupan bisa berlangsung sekehendak hati. Manusia leluasa memahami, menyambat bersungut-sungut maupun menyanjung sekeliling sesuai penafsiran masing-masing. Dinding-dinding jaman yang compang-camping, nyanyian rindu Cemara, jejak-jejak lusuh, raksi petrichor, semilir mimpi-mimpi. Apapun sembarang diuntai. Karenanya di mata para filsuf Yunani kuno, puisi merupakan perwujudan kelihaian dari pengalaman belajar. Sebentuk budaya umum yang mendahului semua pembelajaran ilmiah atau bahkan ilmu politik sekalipun.
Di Vancouver, sebuah kreasi berkaitan puisi lahir di tahun 1996 lewat kemitraan antara Association of Book Publishers of BC dengan TransLink dan BC Transit, institusi yang mengelola transportasi umum di kota ini.
Berselang 19 tahun setelahnya, di 2015, Asosiasi Penerbit Buku BC – Association of Book Publishers of BC – meluncurkan Read Local BC sebagai bentuk memuliakan komunitas penulis, penerbit, toko buku dan perpustakaan setempat demi mewujudkan lanskap literasi seantero British Columbia. Semuanya bermula dari serangkaian acara yang konsisten diadakan tiap tahun untuk mendorong masyarakat mendukung industri lokal dengan membaca, berbagi serta membeli buku-buku keluaran British Columbia sepanjang tahun. Hingga saat ini, Read Local BC telah menampilkan karya-karya cetak penerbit domestik pada pembacaan maupun pertemuan sastra yang diadakan di kota-kota di seluruh provinsi British Columbia, seperti di Haida Gwaii, Prince George, Salt Spring Island, Victoria, Williams Lake, Fernie dan, tentu saja, Vancouver.



Sudah barang tentu Read Local BC juga mengikutsertakan penduduk asli (native) oleh sebab keberadaan Association of Book Publishers of BC bermarkas di Vancouver, di tanah yang tak terpisahkan dari pemiliknya sejati, yaitu suku bangsa xwməθkwəy̓əm (Musqueam), Skwxwú7mesh (Squamish), Stó:lō dan Səl̓ílwətaʔ/Selilwitulh (Tsleil-Waututh).
Bersungguh-sungguhnya Vancouver menampakkan puisi di mana-mana nyata pula di trotoar persis depan Burrard Skytrain Station. Deretan angka 1 – 833 – POEMS – 4 – U diberi nama THE POETRY PHONE memasok 10 pujangga lokal yang bersedia membacakan buah pena mereka.
Hingga pandemi juga sama sekali bukan halangan Vancouver berpuisi. Malahan membuat larik-larik puisi semakin gampang ditemukan karena aktivitas Poetry in Transit memajang karya-karya penyair Vancouver pada dinding atas bagian dalam bus yang berseliweran ke penjuru kota. Menyapa keseharian warga. Mengakibatkan puisi-puisi itu lebih lentur tanpa memunculkan kegamangan dipandang sebagai seni yang rumit. Puisi-puisi mengelinding lepas di atas roda-roda. Bebas. Merdeka. Seperti takdirnya.
Maka hidup tanpa puisi, mungkin, tak mungkin.
Setidaknya buat Vancouver.

