Aurora, Cahaya dari Utara

Aurora, Cahaya dari Utara

Suatu malam yang dingin, di musim gugur, akhir bulan Oktober. 

Suhu udara menunjukkan lima derajat Celsius di bawah nol. Kuterlelap dalam tidurku. Terbungkus hangat dalam selimut tebal. 

Tak berapa lama kemudian, aku terbangun dari tidur karena mendengar suara pintu kamar yang terbuka dari luar.

Adikku, Malik, menghampiri dan berkata, โ€œKak, bangun. Ikut aku keluar.โ€

Ada apa gerangan? Masih tengah malam dan gelap gulita di luar, tetapi semua anggota keluargaku melangkah menuju ke halaman belakang. 

Dengan malas, akupun berusaha mengikuti adikku. Aku mengambil jaket hangat dan penutup kepala dari lemari depan, kemudian kami berdua keluar rumah dari pintu belakang. 

Angin dingin menusuk tulang. Tubuhku terasa kaku dan membeku, menyadarkanku dari setengah mengantuk. Aku menghampiri Bunda yang berdiri tak jauh dari adik-adik dan Bapak. 

Bunda berkata, โ€œLihat ke langit, Kakโ€. Aku menatap langit dan terperangah. Apa itu? 

Cahaya hijau nan indah, tampak seperti kabut tipis, sedang menari-nari di langit gelap dengan latar belakang bintang-bintang kecil yang bersinar terang.

Bunda berkata lagi, โ€œItu Aurora. The Northern Light!โ€. Maha Besar Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. 

Sungguh indah sekali cahaya itu. Bagaikan sapuan kuas yang dicelupkan ke dalam cat air berwarna hijau dilukiskan di atas sebuah kanvas hitam.

Bersyukur aku berpindah tempat tinggal ke negeri beruang kutub. Negeri dingin. Mendapatkan kesempatan terbaik sehingga dapat menyaksikan keindahan fenomena alam seperti ini. 

Dengan kelebihan luar biasa, kami dapat melihat langsung hanya dari beranda belakang rumah. 

Pengalaman yang akan aku kenang selamanya dan aku tidak akan pernah jenuh ataupun lelah untuk selalu menanti dan mengagumi kehadirannya kembali. Aurora, cahaya dari Utara yang terlukis indah di hatiku.

Kenal lebih dekat dengan Nezla Afirah Annaisha : Bumi Dipijak, Bahasa Indonesia Dijaga
Back to Top